BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dalam menyampaikan hadist-hadist tentang berdakwa atau tata cara berdakwa, ada beberapa strategi yang harus di lakukan mengenai sasaran-sasaran dakwah. di antaranya metode-metode mauidhoh hasanah, metode ta’lim dan taqdim, metode hikayah dan metode khal. Dan yang akan kita bahas kali ini adalah metode hikayah, yaitu suatu metode yang isinya tentang cerita-cerita yang bisa menjadi contoh bagi kita agar kita bersikap atau meniru cara-cara penyampaian yang di lakukan oleh rasulullah.
B. RUMUSAN MASALAH
1. apa penjelasan hadist yang menjelaskan tentang persamaan hak antara laki-laki dan perempuan.?
2. bagaimana asbabun wurud dalam cerita keteladanan Nabi Muhammad?
3. apa kedudukan hadist yang menceritakan pendidikan dan profesi keguruan?
C. TUJUAN
Adapun tujuan dalam pembuatan makalah ini antara lain :
1. Untuk mengetahui hadith-hadith yang berkaitan dengan metode hikayah atau cerita.
2. Untuk mengetahui cerita-cerita tentang dakwah dalam hadistpada masa Nabi muhammad.
BAB II
PEMBAHASAN
Hadist yang pertama:
حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ حَدَّثَنَا أَبُو عَوَانَةَ عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ الْأَصْبَهَانِيِّ عَنْ أَبِي صَالِحٍ ذَكْوَانَ عَنْ أَبِي سَعِيدٍ
جَاءَتْ امْرَأَةٌ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَتْ يَا رَسُولَ اللَّهِ ذَهَبَ الرِّجَالُ بِحَدِيثِكَ فَاجْعَلْ لَنَا مِنْ نَفْسِكَ يَوْمًا نَأْتِيكَ فِيهِ تُعَلِّمُنَا مِمَّا
عَلَّمَكَ اللَّهُ فَقَالَ اجْتَمِعْنَ فِي يَوْمِ كَذَا وَكَذَا فِي مَكَانِ كَذَا وَكَذَا فَاجْتَمَعْنَ فَأَتَاهُنَّ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَعَلَّمَهُنَّ مِمَّا عَلَّمَهُ اللَّهُ ثُمَّ قَالَ مَا مِنْكُنَّ امْرَأَةٌ تُقَدِّمُ بَيْنَ يَدَيْهَا مِنْ وَلَدِهَا ثَلَاثَةً إِلَّا كَانَ لَهَا حِجَابًا مِنْ النَّارِ فَقَالَتْ امْرَأَةٌ مِنْهُنَّ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَوْ اثْنَيْنِ قَالَ فَأَعَادَتْهَا مَرَّتَيْنِ ثُمَّ قَالَ وَاثْنَيْنِ وَاثْنَيْنِ وَاثْنَيْنِ
Artinya:
Di riwayatkan melalui abu sa’id bahwa seorang wanita telah datang kepada rasulullah SAW. lalu berkata: “wahai rasulullah, kaum pria telah pergi membawa hadist tuan, maka tentukanlah oleh tuan suatu hari, kami akan mendatangi tuan pada hari tersebut, supaya tuan mengajarkan kepada kami apa-apa yang telah di ajarkan tuhan kepada tuan”, maka rasulullah menjawab: “berkumpulah kalian pada hari anu dan anu, di tempat ini dan tempat itu”.
Maka pada hari dan tempat yang telah di tentukan itu datanglah rasulullah untuk memberikan pelajaran pada mereka tentang apa-apa yang telah di ajarkan oleh Allah kepadanya. Kemudian rasulullah bersabda: “tiada seorang wanita pun di antara kalian yang ditinggal mati terlebih dahulu oleh tiga orang anaknya, melainkan ketiga anaknya itu akan menjadi hijab (penghalang) bagi dirinya dari api neraka”, maka ada seorang wanita dari kalangan mereka yang hadir bertanya: “wahai rasulullah bagaimana kalau dua anak” setelah wanita itu mengulangi pertanyaannya sebanyak dua kali, rasulullah menjawab: “sekalipun dua anak, sekalipun dua anak, sekalipun dua anak,”
1. SANAD HADIST
رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
أَبِي سَعِيدٍ
أَبِي صَالِحٍ ذَكْوَانَ
عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ الْأَصْبَهَانِيِّ
أَبُو عَوَانَةَ
مُسَدَّدٌ
2. PENJELASAN
Mencari ilmu sebagai ekspresi bertauhid mencari ilmu untuk mencari ilmu dan pengalaman, serta menyebarkannya adalah turunan dari ajaran ketauhidan, kekhalifahan, dan sebagai bentuk kesaksian untuk kemanusiaan. Laki-laki dan perempuan, keduanya di tuntut meningkatkan dan mempertanggung jawabkan bagi kepentingan ke-umat-an.
Menuntut ilmu adalah salah satu sarana untuk menggali ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan merupakan hal yang vital demi mencapai kehidupan bahagia dunia dan ahirat. Kewajiban perempuan untuk menuntut ilmu pengetahuan itu seperti para laki-laki. Bahkan dalam penyebaran Ilmu pengetahuan laki-laki dan perempuan itu sama yang membedakan di sisi Allah SWT. Hanyalah kadar ketaqwaan hamba semata.
Sejak pada zaman Nabi Muhammad SAW. Para perempuan mendapatkan hak dan kewajiban dalam hal Ilmu pengetahuan bahkan para perempuan dan pada masa itu bersama Nabi Muhammad SAW. Belajar dan membahas tentang ilmu pengetahuan baik di sebuah masjid atau ketika waktu shalat lima waktu mereka selalu mendengarkan cerita atau ceramah beliau.
3. AYAT AL-QUR’AN yang MENGUATKAN
Firman Allah dalam surat At-Taubah, 9:71
tbqãZÏB÷sßJø9$#ur àM»oYÏB÷sßJø9$#ur öNßgàÒ÷èt/ âä!$uÏ9÷rr& <Ù÷èt/ 4 crâßDù't Å$rã÷èyJø9$$Î/ tböqyg÷Ztur Ç`tã Ìs3ZßJø9$# cqßJÉ)ãur no4qn=¢Á9$# cqè?÷sãur no4qx.¨9$# cqãèÏÜãur ©!$# ÿ¼ã&s!qßuur 4 y7Í´¯»s9'ré& ãNßgçHxq÷zy ª!$# 3 ¨bÎ) ©!$# îÍtã ÒOÅ3ym ÇÐÊÈ
Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
Ayat ini menjelaskan tentang hak dan kewajiban wanita dalam menyebarkan ilmu pendidikan harus di samakan dengan laki-laki. Yang menegakkan amal ma’ruf nahi mungkar bukan laki-laki saja, namun wanita juga wajib atas hal tersebut.
Islam merupakan agama yang sempurna yang memberi kedudukan dan penghormatan tinggi kepada wanita dalam hokum maupun masyarakat. Beberapa bukti yang menguatkan dalil bahwa ajaran islam memberikan kedudukan tinggi kepada wanita dapat di lihat pada banyaknya ayat Al-Que’an yang berkenaan dengan wanita. Bahkan untuk menunjukkan betapa pentingnya kedudukan wanita ada surat khusus bernama An-Nisa’ yang artinya “wanita”
4. KESIMPULAN
Pada dasarnya Sejas masa Nabi Muhammad SAW. Para perempuan di beri kesempatan dan di dorong untuk memperoleh ilmu yang menjadi kewajiban dan merupakan persoalan dirinya. Sayidah A’isyah ra. Dalam suatu hadist memuji beberapa perilaku perempuan anshor madinah yang memiliki semangat tinggi untuk datang ke rumah Nabi SAW. Dan untuk memperolah ilmu.
“sebaik-baiknya perempuan adalah mereka yang dari anshor, karena mereka tidak pernah malu untuk belajar memperdalamagama” .
Hadist yang kedua:
حَدَّثَنَا أُمَيَّةُ بْنُ بِسْطَامٍ حَدَّثَنَا يَزِيدُ بْنُ زُرَيْعٍ حَدَّثَنَا رَوْحُ بْنُ الْقَاسِمِ عَنْ إِسْمَاعِيلَ بْنِ أُمَيَّةَ عَنْ يَحْيَى بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ صَيْفِيٍّ عَنْ أَبِي مَعْبَدٍ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَمَّا بَعَثَ مُعَاذًا رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَلَى الْيَمَنِ قَالَ إِنَّكَ تَقْدَمُ عَلَى قَوْمٍ أَهْلِ كِتَابٍ فَلْيَكُنْ أَوَّلَ مَا تَدْعُوهُمْ إِلَيْهِ عِبَادَةُ اللَّهِ فَإِذَا عَرَفُوا اللَّهَ فَأَخْبِرْهُمْ أَنَّ اللَّهَ قَدْ فَرَضَ عَلَيْهِمْ خَمْسَ صَلَوَاتٍ فِي يَوْمِهِمْ وَلَيْلَتِهِمْ فَإِذَا فَعَلُوا فَأَخْبِرْهُمْ أَنَّ اللَّهَ فَرَضَ عَلَيْهِمْ زَكَاةً مِنْ أَمْوَالِهِمْ وَتُرَدُّ عَلَى فُقَرَائِهِمْ فَإِذَا أَطَاعُوا بِهَا فَخُذْ مِنْهُمْ وَتَوَقَّ كَرَائِمَ أَمْوَالِ النَّاسِ
Artinya:
“dari ibnu Abbas ra. Berkata: sesungguhnya rasulullah bersabda: beliau mengutus mu’adz ra. Ke yaman. Beliau bersabda: sesungguhnya kami mendatangi masyarakat ahli kitab, maka hendaknya yang pertama kali ajaran yang kamu serahkan kepada mereka adalah kepada Allah. Lalu jika mereka mengenang allah, lalu beritahukan mereka bahwa Allah telah mewajibkan shalat kepada mereka lima kali sehari semalam, lalu apabila mereka sudah melaksanakannya maka beritahukanlah kepada mereka bahwa Allah mewajibkan kepada mereka membayar zakat hartanya, dan zakat itu di berikan kepada fakir-miskin di antara mereka. Kemudian apabila mereka telah mematuhinya maka terimalah dari mereka, berhati-hatilah jangan sampai kamu mengambilharta kesayangan mereka.”
SANAD HADIST
رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ
أَبِي مَعْبَدٍ
يَحْيَى بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ صَيْفِيٍّ
إِسْمَاعِيلَ بْنِ أُمَيَّةَ
رَوْحُ بْنُ الْقَاسِمِ
يَزِيدُ بْنُ زُرَيْعٍ
أُمَيَّةُ بْنُ بِسْطَامٍ
PENJELASAN ISI HADIST
Dalam hadits tersebut terkandung beberapa pelajaran penting yang harus di ketahui oleh semua orang yang beriman, terutama para mahasiswa dan dosen, mengenai keteladanan rasulullah dalam menggunakan metodelogi pengajaran di antaranya:
1. metode graduasi (Al-Tadarruj)
metode ini merupakan metode Al-Qur’an dalam membina masyarakat. Demikian pula dalam menanamkan aqidah, dakwa dan pengajaranini di sampaikan secara bertahap dan memerlukan tahap matang dan di sesuaikan dengan kemampuan daya tangkap masyarakat atau tingkatan pengertian mereka.
Manun tampaknya metode ini dalam pendidikan nabi SAW. Bukan karena secara graduasi melainkan juga merupakan kebijaksanaan nabi SAW. Sendiri dalam pendidikan, hal ini di harapkan oleh peserta didik mengerti dan segera di laksanakan.
2. materi dakwah dan pengajaran pokok yang di sampaikan adalah mengenai keimanan, setelah itu rasulullah SAW. Menuntun mengucapkan kalimat syahadat.
3. setelah masyarakat beriman barulah rasulullah memberikan konsekuensi syahadat bahwa syahadat itu mewajibkan sholat lima waktu sehari semalam, kesadaran menunaikan ibadah menjadi bukti kebenaran mereka kepada Allah.
4. tahap berikutnya pemberitahuan kewajiban menbayar zakat hartanya, di mana hal itu merupakan kesadaran bentuk rasa tanggung jawab sosialdan itu menjadi bukti kebenaran islam.
5. hadist tersebut mengandung pengertian bahwa para guru tidak boleh memaksa anak didiknya dan menyesuaikan dengan kemampuan pola piker mereka.
Dalam firman Allah yang menjelaskan tentang guru yang tidak boleh memaksa anak didiknya dan menyesuaikan dengan kemampuan pola pikir mereka di antaranya adalah:
a. surat Al-Baqarah : 256
Iw on#tø.Î) Îû ÈûïÏe$!$# ( s% tû¨üt6¨? ßô©9$# z`ÏB ÄcÓxöø9$# 4 `yJsù öàÿõ3t ÏNqäó»©Ü9$$Î/ -ÆÏB÷sãur «!$$Î/ Ïs)sù y7|¡ôJtGó$# Íouróãèø9$$Î/ 4s+øOâqø9$# w tP$|ÁÏÿR$# $olm; 3 ª!$#ur ììÏÿx îLìÎ=tæ ÇËÎÏÈ
Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); Sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. karena itu Barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut[162] dan beriman kepada Allah, Maka Sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang Amat kuat yang tidak akan putus. dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.
b. surat An-Nahl : 125
äí÷$# 4n<Î) È@Î6y y7În/u ÏpyJõ3Ïtø:$$Î/ ÏpsàÏãöqyJø9$#ur ÏpuZ|¡ptø:$# ( Oßgø9Ï»y_ur ÓÉL©9$$Î/ }Ïd ß`|¡ômr& 4 ¨bÎ) y7/u uqèd ÞOn=ôãr& `yJÎ/ ¨@|Ê `tã ¾Ï&Î#Î6y ( uqèdur ÞOn=ôãr& tûïÏtGôgßJø9$$Î/ ÇÊËÎÈ
Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.
ASBABUL WURUD
Hadist di atas terjadi ketika nabi Muhammad mengutus sahabat mu’adz bin jabal untuk berdakwa di yaman pada tahun 10 hijriyah, menjelang haji wada’, di mana sekitar empat bulan lagi beliau wafat. Mu’adz tidak di tugaskan untuk tidak mengajarkan agama islam secara sekaligus, melainkan secara bertahap dan tanpa adanya paksaan.
KESIMPULAN
Pendidikan Adalah Usaha Untuk Membentuk Kepribadian Dengan Meode Yang Benar. Rasulullah telah bersungguh-sungguh mendidik sahabat dan generasi muslim, hingga mereka memiliki kesempurnaan Akhlak.
Sebagai seorang guru muballigh di dalam mnegajar atau berdakwa harus menyesuaikan dengan kemampuan daya tangkap masyarakat yang di hadapinya dengan menggunakan bahasa, istilah yang di mengerti, janganlah sekali-kali memaksakan apa yang mereka tidak mampu dan mengikuti contoh yang di berikan oleh nabi. Sebagai mana firman Allah dalam surat Al-Ahzab : 21.
ôs)©9 tb%x. öNä3s9 Îû ÉAqßu «!$# îouqóé& ×puZ|¡ym `yJÏj9 tb%x. (#qã_öt ©!$# tPöquø9$#ur tÅzFy$# tx.sur ©!$# #ZÏVx. ÇËÊÈ
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.
Drajat Hadist, Sanad, dan Rawinya : Sahih
Hadist yang ketiga:
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ سِنَانٍ قَالَ حَدَّثَنَا فُلَيْحٌ ح و حَدَّثَنِي إِبْرَاهِيمُ بْنُ الْمُنْذِرِ قَالَ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ فُلَيْحٍ قَالَ حَدَّثَنِي أَبِي قَالَ حَدَّثَنِي هِلَالُ بْنُ عَلِيٍّ عَنْ عَطَاءِ بْنِ يَسَارٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ
بَيْنَمَا النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي مَجْلِسٍ يُحَدِّثُ الْقَوْمَ جَاءَهُ أَعْرَابِيٌّ فَقَالَ مَتَى السَّاعَةُ فَمَضَى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُحَدِّثُ فَقَالَ بَعْضُ الْقَوْمِ سَمِعَ مَا قَالَ فَكَرِهَ مَا قَالَ وَقَالَ بَعْضُهُمْ بَلْ لَمْ يَسْمَعْ حَتَّى إِذَا قَضَى حَدِيثَهُ قَالَ أَيْنَ أُرَاهُ السَّائِلُ عَنْ السَّاعَةِ قَالَ هَا أَنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ فَإِذَا ضُيِّعَتْ الْأَمَانَةُ فَانْتَظِرْ السَّاعَةَ قَالَ كَيْفَ إِضَاعَتُهَا قَالَ إِذَا وُسِّدَ الْأَمْرُ إِلَى غَيْرِ أَهْلِهِ فَانْتَظِرْ السَّاعَةَ
Artinya:
Abu hurairah berkata statu hari nabi muhammad bercengkeramah dengan kaum dalam satu majlis, kemudian datanglah seorang badui dan ia bertanya: kapan kehancuran terjadi? Rasulullah meneruskan bicaranya pada kaum dan sebagian kaum telah mendengar apa yang di katakan oleh orang badui sehingga mereka tidak senag terhadap rasulullah atas perkataannya, akan tetapi menurut sebagian kaum lain bahwa rasulullah tidak mendengarnya sampai rasulullah menyelesaikan pembicaraannya. Rasulullah bertanya di manakah orang yang ingin mengetahui tentang kehancuran? Orang badui menjawab, saya ya rasul, kemudian rasulullah berkata: terjadinya kehancuran yakni ketika sebuah amanah di sia-siakan. orang badui kembali bertanya: bagaimanakah amanah itu di sia-siakan? Rasulullah menjawab: ketika sebuah urusan di serahkan pada orang yang bukan ahlinya (profesional) maka tunggulah satina (kerusakan).
SANAD HADIST
النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
أَبِي هُرَيْرَةَ
عَطَاءِ بْنِ يَسَارٍ
هِلَالُ بْنُ عَلِيٍّ
أَبِي
مُحَمَّدُ بْنُ فُلَيْحٍ
إِبْرَاهِيمُ بْنُ الْمُنْذِرِ
فُلَيْحٌ
مُحَمَّدُ بْنُ سِنَانٍ
KEDUDUKAN HADIST
Hadist ini termasuk hadist yang sohih atau marfu’ ilan nabi karena setiap perowinya di kenal sebagai orang yang tsiqoh namun ada sebagian ulama mngomentari terhadap Muhammad bin fulaih, menurut yahya bin muayyan fulaih bukan orang stiqoh.
PENJELASAN
Ada 4 Keadaan Seseorang Dalam Hubungannya dengan ilmu yaitu:
1. keadaan mencari ilmu
2. keadaan estela memperoleh ilmu.
3. keadaan di mana seseorang bisa berkontemplasi dan menikmati raihannya.
4. keadaan di mana seseorang bisa menyebarkan ilmunya kepada orang lain. Dan keadaan yang terahir inilah yang terbaik.
Orang yang di karuniai ilmu yang banyak dan beramal dengannya dan juga mengajarkannya kepada orang lain di pandang lebih mulia dari pada malaikat langit dan bumi.
Dalam islam setiap pekerjaan harus di lakukan secara profesional. Dan itu hanya mengkin di lakukan oleh orang yang ahli, sebagaimana hadist di atas. Bahwa rasul bersabda: “bila sate urusan di kerjakan oleh orang yang bukan ahlinya maka tunggulah kehancuran”
“Kehancuran” dapat di artikan secara terbatas dsan dapat juga di artikan secara luas. Bila seorang guru mengajar tidak dengan keahliannya, maka yang hancur hadalah muridnya. (dalam pengertian yang terbatas). Murid-murid itu kelak akan mempunyai murid lagi, dan murid-murid itu kelak akan berkarya. Keduanya baik guru maupun murid di lakukan dengan tidak benar (karena didikan yang tidak benar) dan kehancuran yang di timbulkan adalah orang-orang yang ada di sekitar mereka, yaitu murid-murid yang akan menjadi anak didik mereka. Karena mereka mngajarkan ilmu pengetahuan yang tidak benar. Dan inilah arti luas dari “kehancuran”.
HUBUNGAN DENGAN AYAT AL-QUR’AN
Hadist di atas memiliki kaitan dengan ayat-ayat al-Qu’an yaitu:
ô`tBur ß`|¡ômr& Zwöqs% `£JÏiB !%tæy n<Î) «!$# @ÏJtãur $[sÎ=»|¹ tA$s%ur ÓÍ_¯RÎ) z`ÏB tûüÏJÎ=ó¡ßJø9$# ÇÌÌÈ
Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: "Sesungguhnya aku Termasuk orang-orang yang menyerah diri?" (al fushshilat, 41:33)
KESIMPULAN
Orang yang paling baik adalah orang yang msu belajar kemudian mengajarkan serta mau pengamalkannya apa yang di pelajarinya. Orang ayng seperti ini lah oeang yang paling mulia di antara manusia yang lain bahkan kemuliaannya dapat penghargaan dari penghuni langit dan bumi. Namun sebagai pendidik ia juga harus memiliki keahlian dalam bidangnya agar tidak mengantarkan pada kehancuran. Di samping itu ia juga harus konsekwen dengan apa yang di ajarkan, yakni mampu untuk melaksanakannya atau mengajarkannya.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari pembahasan di atas, dapat di ambil kesimpulan:
1. persamaan hak antara laki-laki dan perempuan harus di sejajarkan karena Ilmu pengetahuan merupakan hal yang vital demi mencapai kehidupan bahagia dunia dan ahirat. Kewajiban perempuan untuk menuntut ilmu pengetahuan itu seperti para laki-laki. Bahkan dalam penyebaran Ilmu pengetahuan laki-laki dan perempuan itu sama yang membedakan di sisi Allah SWT. Hanyalah kadar ketaqwaan hamba semata.
2. Hadist di atas terjadi ketika nabi Muhammad mengutus sahabat mu’adz bin jabal untuk berdakwa di yaman pada tahun 10 hijriyah, menjelang haji wada’, di mana sekitar empat bulan lagi beliau wafat. Mu’adz tidak di tugaskan untuk tidak mengajarkan agama islam secara sekaligus, melainkan secara bertahap dan tanpa adanya paksaan
3. Hadist ini termasuk hadist yang sohih atau marfu’ ilan nabi karena setiap perowinya di kenal sebagai orang yang tsiqoh namun ada sebagian ulama mngomentari terhadap Muhammad bin fulaih, menurut yahya bin muayyan fulaih bukan orang stiqoh.
B. SARAN
Ø Dalam berdakwa, kita di wajibkan untuk mengetahui metode-metode atau cara-cara dalam berdakwa, sehingga kita dapat mengerti dan melaksanakan metode-metode yang telah kita pelajari.
Ø Metode-metode dakwah khususnya metode hikayah adalah tata cara yang sesuai dalam seorang dai untuk melaksanakan dakwahnya. Oleh sebab itu, para calon dai di haruskan untuk meniru cara ini.
DAFTAR PUSTAKA
Muhammad Abu, Bakar, 1998, Hadist Tarbawi 3, Surabaya: Karya Aditama.
khalid al-‘am, Najib, 2002, mendidik cara Nabi SAW. ,Bandung : Pustaka Hidayah
CD-Rom : Al-Hadist Asy-Syarif :1991-1997, kutubut tis’ah, versi 2 (2000), Global Islamic Software Company.
Al-Ghozali, Ihya' Ulumuddin, Surabaya: mahkota Ilmu.
Rabu, 09 Desember 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar